Cari Blog Ini

Tampilkan postingan dengan label MOHON KRITIK DAN SARAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MOHON KRITIK DAN SARAN. Tampilkan semua postingan

Selasa, 06 Juni 2017

MAKALAH KEBUTUHAN AIR TANAMAN PADI



MAKALAH
KEBUTUHAN AIR TANAMAN PADI








OLEH :

1.      RAHMAT HIDAYAT                                   : 105 81 2438 15




FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGARAM STUDI S1 SIPIL PENGAIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR



KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr,Wb .
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayahnya sehingga, Alhamdulillah makalah ini dapat penulis selesaikan dengan judul materi “Kebutuhan Air Tanaman Padi” Tak lupa pula kita kirimkan salam dan shalawat kepada nabi Muhammad SAW, yang telah berhasil memperjuangkan agama islam yang mulia ini beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen selaku dosen mata kuliah Ilmu Tanah Tanaman yang telah memberikan dan mentrasferkan ilmunya kepada penulis dan teman-teman. Penulis  menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, karena adanya keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Namun, demikian kami berharap semoga isi tugas ini dapat benar-benar bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca umumnya. Selain itu juga kami berharap adanya kritik dan saran dari para pembaca demi terwujudnya kesempurnaan tugas ini.

Wassalamualaikum Wr, Wb .

                                                                        Makassar,  Juni  2017


   Penulis



DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL  ................................................................................ 
KATA PENGANTAR  ................................................................................. 
DAFTAR ISI ................................................................................................. 

BAB I PENDAHULUAN  ............................................................................ 
A.           Latar Belakang ............................................................................. 
B.            Rumusan Masalah ......................................................................... 
C.            Tujuan Penulisan ........................................................................... 

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 
A.           Sejarah dan Pengertian  Tanaman Padi ........................................ 
B.            System Budidaya Tanaman Padi Di Indonesia ............................ 
C.            Konsep Hemat Air Dalam Budidaya Tanaman Padi .................... 
D.           Cara Dan Aturan Pengairan Tanaman Padi  ......................................


BAB III PENUTUP ...................................................................................... 
A.           Kesimpulan ................................................................................... 
B.            Kritik dan Saran ........................................................................... 
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 










BAB I
PENDAHULUAN
A.               Latar Belakang

Padi (oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang vital bagi rakyat Indonesia. Menanam padi sawah sudah mendarah daging bagi sebagian besar petani di Indonesia. Mulanya kegiatan ini banyak diusahakan di pulau Jawa. Namun, saat ini hampir seluruh daerah di Indonesia sudah tidak asing lagi dengan kegiatan menanam padi di sawah.
            Sistem penanaman padi di sawah biasanya didahului oleh pengolahan tanah secara sempurna seraya petani melakukan persemaian. Mula-mula sawah dibajak, pembajakan dapat dilakukan dengan mesin, kerbau atau melalui pencangkulan oleh manusia. Setelah dibajak, tanah dibiarkan selama 2-3 hari. Namun di beberapa tempat, tanah dapat dibiarkan sampai 15 hari. Selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk kedua kalinya atau bahkan ketiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam. Setelah itu bibit hasil semaian ditanam dengan cara pengolahan sawah seperti di atas (yang sering disebut pengolahan tanah sempurna, intensif atau konvensional) banyak kelemahan yang timbul penggunaan air di sawah amatlah boros. Padahal ketersediaan air semakin terbatas. Selain itu pembajakan dan pelumpuran tanah yang biasa dilakukan oleh petani ternyata menyebabkan banyak butir-butir tanah halus dan unsur hara terbawa air irigasi.
Hal ini kurang baik dari segi konservasi lingkungan. Padi merupakan tanaman yang membutuhkan air cukup banyak untuk hidupnya. Memang tanaman ini tergolong semi aquatis yang cocok ditanam di lokasi tergenang. Biasanya padi ditanam di sawah yang menyediakan kebutuhan air cukup untuk pertumbuhannya. Meskipun demikian, padi juga dapat diusahakan di lahan kering atau ladang. Istilahnya adalah padi gogo. Namun kebutuhan airnya harus terpenuhi. Oleh karena itu ada beberapa sistem budidaya yang dikenal di Indonesia, di antaranya

B.               Rumusan Masalah

1.      Bagaimana sejarah padi dan pengertiannya ?
2.      Bagaimana system budidaya tanaman padi di Indonesia ?
3.      Bagaimana konsep hemat air dalam budidaya tanaman padi ?
4.      Bagaimana cara dan aturan pengairan  tanaman padi ?
5.      Bagaimana perhitungan kebutuhan air tanaman padi ?

C.               Tujuan

1.      Mengetahui  Bagaimana sejarah padi dan pengertiannya ?
2.      Mengetahui  Bagaimana system budidaya tanaman padi di Indonesia ?
3.      Mengetahui  Bagaimana konsep hemat air dalam budidaya tanaman padi ?
4.      Mengetahui  Bagaimana cara dan aturan pengairan  tanaman padi ?
5.      Mengetahui  Bagaimana perhitungan kebutuhan air tanaman padi ?


















BAB II
PEMBAHASAN

A.                Sejarah dan Pengertian Tanaman Padi
1.      Sejarah Tanaman Padi
Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua benua Oryza fatua koenig danOryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu Oryza stapfii roschev dan Oryza glaberima steund berasal dari Afrika barat. Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza sativa f spontania. Di Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakan didaerah tanah kering dengan sistim ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan hasil usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik didaerah tropis ialah Indica, sedangkan Japonica banyak diusakan didaerah sub tropika.

2.      Pengertian Tanaman Padi
Air rnerupakan salah satu faktor penting dalam bercocok tanam. Suatu sistem pengaturan air yang baik akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang optimal. Air dan tanaman mempunyai hubungan yang erat karena fungsi air yang penting dalam penyelenggaraan dan kelangsungan hidup tanaman.
Padi (oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang vital bagi kehidupan manusia termasuk rakyat Indonesia.



B.                 System Budidaya Tanaman Padi Di Indonesia
1.    Bertanam padi di sawah tadah hujan
Dalam mengusahakan padi di sawah, soal yang terpenting adalah bidang tanah yang ditanami harus dapat:
1.      Menanam air sehingga tanah itu dapat digenangi air. 
2.      Mudah memperoleh dan melepaskan air. 
Pematang atau galengan memegang peranan yang sangat penting, karena dalam sistem bertanam padi di sawah tadah hujan ini, pematang atau galengan ini harus kuat dan dirawat, karena bertanam padi di sawah tadah hujan memerlukan air, sehingga dengan galengan-galengan sawah ini air dapat bertanam di petakan sawah. Dan padi dengan sistem penanaman tadah hujan ini tidak dapat ditanam pada tanah yang datar. 
Penggarapan bertanam padi di sawah tadah hujan ini digarap secara “basahan” yaitu menunggu sampai musim hujan tiba dan dalam proses penanaman padi ini memakai bibit persemaian. Tetapi seringkali bibit sudah terlalu tua baru dapat ditanam karena jatuhnya hujan terlambat. Dalam penanaman padi sawah tadah hujan ini untuk menanam dan selama hidupnya membutuhkan air hujan cukup. Hal ini membawa resiko yang besar sekali karena musim hujan kadang datang terlambat, sementara padi sawah tadah hujan membutuhkan air hujan yang cukup. Maka seringkali terjadi puluhan ribu hektar tidak menghasilkan sama sekali atau hasilnya rendah akibat air hujan yang tidak mencukupi. 

2.    Bertanam Padi Gogo Rancah (lahan kering)
Dalam mengusahakan padi di lahan kering atau ladang atau biasa disebut padi gogo ini, relatif lebih mudah dibandingkan dengan padi sawah tadah hujan. Dalam sistem penggarapan padi di lahan kering atau ladang ini biasa dikerjakan sebelum musim penghujan tiba. Sementara dalam proses pembibitan atau penanamannya, padi gogo rancah ini tidak memerlukan persemaian, sehingga benih dapat langsung ditanam di sawah sebelum atau pada permulaan musim hujan sehingga tidak ada resiko bibit menjadi terlalu tua. 
Padi gogo rancah ini tidak banyak memerlukan air hujan, pada permulaan selama 30 atau 40 hari. Hidup padi ini keringan bahkan bila kebanyakan air hujan, maka air tersebut harus dibuang. Sesudah itu bilamana air hujan cukup, maka padi gogo rancah ini dapat dijadikan padi sawah biasa. Tetapi kalau tidak ada hujan, dapat hidup kekeringan, maka resiko mati sangat kecil. 

3.    Bertanam Padi Sawah Tanpa Olah Tanah (TOT)
Meskipun disebut bertanam padi sawah ini tanpa olah tanah tetapi tidak berarti bahwa tak ada persiapan sama sekali. Sistem ini masih merupakan bagian pengolahan tanah konservasi yang melibatkan perbedaan mendasar dengan penanaman padi biasa. Pembajakan dan pencangkulan di dalam sistem TOT ini tidak ada dan dalam sistem TOT ini dilakukan penyemprotan herbisida terhadap sisa tanaman padi (singgang) atau gulma yang tumbuh.
Secara umum kegiatan bertanam padi sawah tanpa olah tanah ini dapat diartikan sebagai penanaman padi di lahan sawah yang persiapan lahannya tanpa pengolahan tanah dan pelumpuran, tetapi cukup dengan bantuan herbisida dalam mengendalikan gulma dan singgangnya. Tanaman padi ini dapat tumbuh seperti pada lahan yang diolah biasa. Hal ini disebabkan karena singgang dan gulma yang membusuk akan melonggarkan tanah sehingga akar padi dapat berkembang dengan mudah dan tanaman padi dapat tumbuh seperti biasa. Bibit padi dari persemaian dapat langsung ditanam pada tanah tanpa olah yang sudah lunak karena digenang terlebih dahulu. Dapat juga benih ditebarkan langsung (tabela) atau ditabur dalam air yang sudah disediakan.

4.    Pengendalian hama dan penyakit
Hama penyakit padi sawah biasanya rentan terhadap serangan hama dan penyakit di dalam tanaman padi sawah ada beberapa hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman padi dan hama yang cukup mengganggu antara lain walang sangit, ganjur, penggerek padi, wereng, tikus dan burung. Adapun penyakit yang sering menyerang tanaman padi adalah hawar daun, bercak bakteri, hawar pelepah, busuk batang, bercak cokelat, blasi, tungro, kerdil hampa dan kerdil rumput.
Dahulu petani sering melakukan tindakan gampang untuk memberantas hama dan penyakit yaitu dengan penyemprotan pestisida. Namun cara ini tidak dianjurkan karena pestisida dapat mencemari air irigasi atau sumber air di sekitarnya dan banyak jensi hama dan penyakit yang rentan atau tak mempan lagi disemprot.

5.    Panen 
Bagi petani panen padi merupakan soal yang paling dinanti-nanti. Panen merupakan saat petani merasakan keberhasilan dari jerih payah menanam dan merawat tanaman.

a.    Saat panen

Padi perlu dipanen pada saat yang tepat untuk mencegah kemungkinan mendapatkan gabah berkualitas rendah yang masih banyak mengandung butir hijau dan butir kapur. Padi yang dipanen mudah jika digiling akan menghasilkan beras pecah. Saat panen padi dapat dipengaruhi oleh musim tanam. Pemeliharaan tanaman dan pertumbuhan, serta tergantung pula pada jenisnya. Secara umum padi dipanen saat berumur 80-110 hari apabila tanaman padi menunjukkan ciri-ciri berikut berarti tanaman sudah siap dipanen:

6.    Sentra Produksi
Pada tanaman padi sawah ini sangat luas daerah sentra produksinya diantaranya di daerah Jawa dan Sumatera. Hal ini karena padi adalah bahan dasar untuk beras dan nasi yang merupakan bahan makanan utama masyarakat Indonesia yang mengandung karbohidrat tinggi walaupun tidak semua daerah makanan pokoknya berupa beras atau nasi.

C.                Konsep Hemat Air Dalam Budidaya Tanaman Padi 
Teknologi  hemat air dapat diartikan sebagai upaya pemanfaatan air dari berbagai sumber terutama air gravitasi pada petak usahatani padi sawah agar terjamin produktivitas, efisiensi dan produksi yang meningkat secara berkelanjutan. Teknik hemat air dalam budidaya padi sawah dapat ditempuh pada tahapan persiapan lahan dan selama pertumbuhan tanaman bahkan pada fase menjelang panen.  Teknik hemat air dapat dilakukan dengan cara perbaikan atau penyesuaian teknik budidaya dengan cara perbaikan atau penyesuaian teknik budidaya dengan potensi sumber daya air setempat dan melalui inovasi cara pemberian air.
Di dalam praktek teknik hemat air  mudah dilaksanakan pada kondisi :
1)      pemilihan varitas yang berumur genjah,
2)       kalender tanam dalam suatu hamparan tersier seragam,
3)      waktu dan cara pengolahan tanah yang sesuai dengan jadwal pemberian air,
4)      pengaturan penggenangan air menurut fase pertumbuhan tanaman baik tinggi dan durasinya (kondisi pasokan air normal),
5)      penerapan pergiliran air (kondisi pasokan air di bawah normal),
6)      pemeliharaan pematang termasuk kerapatan pematang dalam luasan tertentu dan
7)      drainase permukaan terutama pada musim hujan.
Teknik hemat air mempunyai sasaran utama yaitu produktivitas  air (perbandingan antara hasil gabah dan konsumsi air total) yang lebih tinggi dari pada produktivitas air dengan cara pemberian kontinyu. Ada dua strategi dalam perbaikan produktivitas air :
a) hasil gabah meningkat dengan konsumsi air total tetap atau
 b) hasil gabah meningkat dengan konsumsi air total berkurang.

3.      Teknik Drainase Permukaan
Drainase permukaan yaitu membuang kelebihan air akibat curah hujan atau irigasi yang berlebihan dengan tujuan agar tanaman lebih kuat (tidak rebah), kondisi aerobik tanah terjaga dan mengatur pembentukan anakan. Drainase permukaan biasanya dilakukan pada musim hujan. Drainase permukaan biasanya diperlukan pada daerah dengan topografi datar, curah hujan tinggi, pembentukan akar intensif, mengurangi kerebahan batang, dan mineralisasi nitrogen tanah diperbaiki. Fase pertumbuhan tanaman padi sawah memerlukan tindakan  drainase permukaan terutama  menjelang tanaman panen. Drainase permukaan lebih efektif yaitu dengan pembuatan parit tengah (ukuran lebar 30 cm dan dalam 30 cm) dengan jarak 1,5 meter sampai 2,0 meter tergantung tekstur tanah. Pada fase pematangan, tanah perlu didrainase yaitu dua minggu menjelang panen (batas waktu kritis), drainase permukaan yang dilakukan pada waktu seminggu  menjelang panen mengakibatkan kerusakan tanaman dan menggangu proses panen. Selain itu tanaman padi sawah mempunyai masa kritis terhadap ”full submergence” ( pertumbuhan penuh ) dari primordia bunga sampai pembungaan dan dengan tinggi genangan air (25 % dari tinggi tanaman) selama fase tersebut akan mengurangi hasil  20 – 30 %.
Drainase permukaan dapat dilakukan pada umur tanaman 30 – 40 hari setelah tanam (sebelum tercapai anakan maksimal) selama  5 - 7 hari untuk menekan munculnya anakan yang tidak produktif, sehingga tingkat produksi gabah per malai, bobot individu gabah dan hasil meningkat. Teknik ini sesuai dilakukan terutama pada lahan sawah dengan kondisi drainase buruk. Teknik ini dapat dilakukan pada musim hujan maupun kemarau.
4.      Sistem Pengairan Tergenang dan Intermitten
1.      Sistem Pengairan Tergenang
Dalam budidaya tanaman padi, terdapat pengaturan pemberian air secara tergenang.
Hal ini dilakukan dengan pertimbangan:
Ø  efisiensi penyaluran 80 % namun memerlukan air sebesar 12.000 m3/ha/musim (Setiobudi dan Kartaatmadja, 2002)
Ø  penggenangan dan pengolahan tanah dalam keadaan tergenang untuk menanam padi sawah dapat menyebabkan berbagai perubahan sifat tanah. Perubahan tersebut meliputi sifat morfologi, fisika, kimia, mikrobiologi, maupun sifat-sifat lain sehingga sifat tanah sawah dapat sangat berbeda dari sifat asalnya.
Ø  penggenangan tanah dapat meningkatkan pasokan N.
Pasokan N terjadi karena meningkatnya fiksasi N biologi yang dapat terjadi dalam air permukaan dan dalam tanah tereduksi, serta terjadinya akumulasi yang lebih cepat dari N anorganik karena adanya mineralisasi sumber N organik (Hardjowigeno dan Luthfi, 2005).Namun demikian penggenangan lahan dapat menyebabkan ketersediaan N yang rendah dalam tanah sawah yang tergenang air permanen atau semi permanen. Hal ini terjadi karena di bawah kondisi tersebut mineralisasi N tanah terhambat  sehingga defisiensi N dapat terjadi sekalipun kandungan N tanah cukup tinggi. Penggenangan menyebabkan kerusakan jaringan perakaran akibat terbatasnya pasokan oksigen. Semakin tinggi air, semakin kecil oksigen terlarut. Dampaknya adalah bahwa akar padi tak mampu mengikat oksigen sehingga jaringan perakaran rusak.
2.      Pengairan berselang (Intermitten)
Pemberian air secara berselang (intermitten) pada budidaya tanaman padi adalah salah satu metode pengairan yang dapat diukur secara praktis. Pengairan ini disebut juga pengairan basah-kering (PBK)/Alternate Wetting and Drying (AWD, yaitu pengaturan air di lahan  pada kondisi tergenang dan kering secara bergantian. Pengairan berselang adalah sistem pengairan yang direkomendasikan dalam budidaya padi sawah.

Tujuan dilaksanakannya pengelolaan air dengan sistem ini adalah :
Untuk menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi lebih luas
 memberi kesempatan pada akar tanaman untuk mendapatkan udara sehingga dapat berkembang lebih dalam
Ø  mencegah timbulnya keracunan besi
Ø  mengurangi kerebahan
Ø  menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen
Ø  memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang, dan mengurangi kerusakan tanaman padi oleh serangan hama tikus.
Cara Pengelolaan Air
            Air irigasi untuk budidaya tanaman padi dapat dikelola dengan baik, dengan memperhatikan ketersediaan air dan fase tumbuh tanaman. Hal yang harus dilakukan dalam pengelolaan air irigasi antara lain:
1.      lakukan pergiliran air selang 3 hari, tinggi genangan pada hari pertama diairi 3 cm  dan selama 2 hari berikutnya tidak ada penambahan air, lahan sawah diairi lagi pada hari ke-4
2.      pada fase pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah digenagi terus
3.      pada 10 – 15 hari sebelum panen, petakan sawah dikeringkan.
4.      AWD dipraktekkan mulai tanam sampai satu minggu sebelum tanaman berbunga. Sawah baru diairi apabila kedalaman muka air tanah mencapai  + 15 cm, diukur dari permukaan tanah. Hal ini dapat diketahui dengan bantuan alat sederhana dari paralon belubang yang dibenamkan ke dalam tanah.


D.                Cara dan Aturan Pengairan Tanaman Padi
Sesuai Umur Tanaman Padi Sawah
Description: Cara dan Aturan Pengairan Sesuai Umur Tanaman Padi Sawah
Pengairan pada tanaman padi dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: 
a.       Pengairan di atas tanah
b.      Pengairan di dalam tanah (sub irrigation)
c.       Pengairan dengan penyemprotan (sprinkler irrigation).
d.      Pengairan tetes (drip irrigation). 
Air yang dipergunakan untuk pengairan padi di atas tanah adalah air yang berasal dari sungai, sebab air sungai banyak mengandung lumpur dan kotoran-kotoran yang sangat berguna untuk menambah kesuburan tanah dan tanaman. Air yang berasal dari mata air kurang baik untuk pengairan sawah, sebab air itu jernih, tidak mengandung lumpur dan kotoran. Air yang digunakan untuk mengairi sawah saya ini yaitu air yang berasal dari sungai Ciasem, Bendungan Macan.
Cara mengairi sawah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Air yang dimasukan ke petakan-petakan sawah adalah air yang berasal dari saluran sekunder. Air dimasukan ke petakan sawah melalui saluran pemasukan, dengan menghentikan lebih dahulu air pada saluran sekunder.
Untuk menjaga agar genangan air didalam petakan sawah itu tetap, jangan lupa dibuat pula lubang pembuangan. Lubang pemasukan dan lubang pembuangan tidak boleh dibuat lurus. Alasannya adalah agar ada pengendapan lumpur dan kotoran-kotoran yang sangat berguna bagi pertumbuhan tanaman padi. Nah, apabila lubang pemasukan dan lubang pembuangan itu dibuat lurus, maka air akan terus mengalir tanpa adanya pengendapan.













BAB III
PENUTUP

A.                Kesimpulan
Padi (oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang vital bagi kehidupan manusia termasuk rakyat Indonesia. Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza sativa f spontania. Di Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakan didaerah tanah kering dengan sistim ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan hasil usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya kurang.
B.                 Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan dari segi isi juga masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para pembaca atau  makalah ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat membangun. Sehingga makalah dapat tersusun dengan baik dan sempurna.







DAFTAR PUSTAKA

Epetani. 2010. Pengolahan Lahan Padi Sawah. http://epetani.pertanian.go.id
Hardyya. 2012. Pengolahan Tanah Sawah. http://jelajahfapertart.blogspot.com
Mars, Santa. 2013. Teknik Budidaya Tanaman Padi.
http://newfachrulislami.blogspot.com
Purniati, Popy. 2013. Makalah Tentang Padi Sawah.
 http://popypurniati.blogspot.com
Solah, Aa. 2012. Pengolahan Tanah Pada Tanaman
 Padi. http://www.caragampang.com
Tikha, Tjatoer. 2011. Pengolahan Lahan Sawah.
http://tjatoertikha2712.blogspot.com


Makalah Aspalt Pavert

Kelompok                             : I Mata Kuliah                         : Pemindahan Tanah Mekanis Dosen Pembimbing           ...