MAKALAH
KEBUTUHAN
AIR TANAMAN PADI
OLEH :
1. RAHMAT
HIDAYAT :
105 81 2438 15
FAKULTAS
TEKNIK
JURUSAN
TEKNIK SIPIL
PROGARAM
STUDI S1 SIPIL PENGAIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr,Wb .
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayahnya
sehingga, Alhamdulillah makalah ini dapat penulis selesaikan dengan judul
materi “Kebutuhan Air Tanaman Padi” Tak lupa pula kita kirimkan salam
dan shalawat kepada nabi Muhammad SAW, yang telah berhasil memperjuangkan
agama islam yang mulia ini beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penulis
juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen selaku dosen mata
kuliah Ilmu Tanah Tanaman yang telah memberikan dan mentrasferkan ilmunya
kepada penulis dan teman-teman. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena adanya keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki.
Namun, demikian kami berharap semoga isi tugas ini dapat benar-benar bermanfaat
bagi penulis khususnya, serta para pembaca umumnya. Selain itu juga kami
berharap adanya kritik dan saran dari para pembaca demi terwujudnya
kesempurnaan tugas ini.
Wassalamualaikum Wr, Wb .
Makassar, Juni
2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL ................................................................................
KATA
PENGANTAR .................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................
A.
Latar Belakang .............................................................................
B.
Rumusan Masalah .........................................................................
C.
Tujuan Penulisan
...........................................................................
BAB II
PEMBAHASAN ..............................................................................
A.
Sejarah dan
Pengertian Tanaman Padi ........................................
B.
System Budidaya
Tanaman Padi Di Indonesia ............................
C.
Konsep Hemat Air
Dalam Budidaya Tanaman Padi ....................
D.
Cara Dan Aturan
Pengairan Tanaman Padi ......................................
BAB III PENUTUP ......................................................................................
A.
Kesimpulan ...................................................................................
B.
Kritik dan Saran
...........................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Padi
(oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang vital bagi rakyat Indonesia.
Menanam padi sawah sudah mendarah daging bagi sebagian besar petani di
Indonesia. Mulanya kegiatan ini banyak diusahakan di pulau Jawa. Namun, saat
ini hampir seluruh daerah di Indonesia sudah tidak asing lagi dengan kegiatan
menanam padi di sawah.
Sistem penanaman padi di sawah
biasanya didahului oleh pengolahan tanah secara sempurna seraya petani
melakukan persemaian. Mula-mula sawah dibajak, pembajakan dapat dilakukan
dengan mesin, kerbau atau melalui pencangkulan oleh manusia. Setelah dibajak,
tanah dibiarkan selama 2-3 hari. Namun di beberapa tempat, tanah dapat dibiarkan
sampai 15 hari. Selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk
kedua kalinya atau bahkan ketiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam. Setelah itu
bibit hasil semaian ditanam dengan cara pengolahan sawah seperti di atas (yang
sering disebut pengolahan tanah sempurna, intensif atau konvensional) banyak
kelemahan yang timbul penggunaan air di sawah amatlah boros. Padahal
ketersediaan air semakin terbatas. Selain itu pembajakan dan pelumpuran tanah
yang biasa dilakukan oleh petani ternyata menyebabkan banyak butir-butir tanah
halus dan unsur hara terbawa air irigasi.
Hal
ini kurang baik dari segi konservasi lingkungan. Padi merupakan tanaman yang
membutuhkan air cukup banyak untuk hidupnya. Memang tanaman ini tergolong semi
aquatis yang cocok ditanam di lokasi tergenang. Biasanya padi ditanam di sawah
yang menyediakan kebutuhan air cukup untuk pertumbuhannya. Meskipun demikian,
padi juga dapat diusahakan di lahan kering atau ladang. Istilahnya adalah padi
gogo. Namun kebutuhan airnya harus terpenuhi. Oleh karena itu ada beberapa
sistem budidaya yang dikenal di Indonesia, di antaranya
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
sejarah padi dan pengertiannya ?
2.
Bagaimana system
budidaya tanaman padi di Indonesia ?
3.
Bagaimana konsep
hemat air dalam budidaya tanaman padi ?
4.
Bagaimana cara
dan aturan pengairan tanaman padi ?
5.
Bagaimana
perhitungan kebutuhan air tanaman padi ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui Bagaimana sejarah padi dan pengertiannya ?
2.
Mengetahui Bagaimana system budidaya tanaman padi di
Indonesia ?
3.
Mengetahui Bagaimana konsep hemat air dalam budidaya
tanaman padi ?
4.
Mengetahui Bagaimana cara dan aturan pengairan tanaman padi ?
5.
Mengetahui Bagaimana perhitungan kebutuhan air tanaman
padi ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
dan Pengertian Tanaman Padi
1.
Sejarah
Tanaman Padi
Padi termasuk genus Oryza L
yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah sub
tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan
Neguier padi berasal dari dua benua Oryza fatua koenig danOryza
sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya
yaitu Oryza stapfii roschev dan Oryza glaberima steund berasal
dari Afrika barat. Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan
antara Oryza officinalis dan Oryza sativa f spontania.
Di Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakan didaerah tanah kering dengan
sistim ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan hasil usahanya dengan
cara mengairi daerah yang curah hujannya kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh
dengan baik didaerah tropis ialah Indica, sedangkan Japonica banyak
diusakan didaerah sub tropika.
2.
Pengertian
Tanaman Padi
Air rnerupakan salah satu faktor penting dalam
bercocok tanam. Suatu sistem pengaturan air yang baik akan menghasilkan
pertumbuhan tanaman yang optimal. Air dan tanaman mempunyai hubungan yang erat
karena fungsi air yang penting dalam penyelenggaraan dan kelangsungan hidup
tanaman.
Padi (oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok
yang vital bagi kehidupan manusia termasuk rakyat Indonesia.
B.
System
Budidaya Tanaman Padi Di Indonesia
1.
Bertanam padi di sawah tadah hujan
Dalam mengusahakan padi di sawah, soal yang
terpenting adalah bidang tanah yang ditanami harus dapat:
1.
Menanam air
sehingga tanah itu dapat digenangi air.
2.
Mudah memperoleh
dan melepaskan air.
Pematang atau galengan memegang peranan yang sangat
penting, karena dalam sistem bertanam padi di sawah tadah hujan ini, pematang
atau galengan ini harus kuat dan dirawat, karena bertanam padi di sawah tadah
hujan memerlukan air, sehingga dengan galengan-galengan sawah ini air dapat
bertanam di petakan sawah. Dan padi dengan sistem penanaman tadah hujan ini
tidak dapat ditanam pada tanah yang datar.
Penggarapan bertanam padi di sawah tadah hujan ini
digarap secara “basahan” yaitu menunggu sampai musim hujan tiba dan dalam
proses penanaman padi ini memakai bibit persemaian. Tetapi seringkali bibit
sudah terlalu tua baru dapat ditanam karena jatuhnya hujan terlambat. Dalam
penanaman padi sawah tadah hujan ini untuk menanam dan selama hidupnya
membutuhkan air hujan cukup. Hal ini membawa resiko yang besar sekali karena
musim hujan kadang datang terlambat, sementara padi sawah tadah hujan
membutuhkan air hujan yang cukup. Maka seringkali terjadi puluhan ribu hektar
tidak menghasilkan sama sekali atau hasilnya rendah akibat air hujan yang tidak
mencukupi.
2. Bertanam Padi Gogo Rancah (lahan kering)
Dalam mengusahakan padi di lahan kering atau ladang
atau biasa disebut padi gogo ini, relatif lebih mudah dibandingkan dengan padi
sawah tadah hujan. Dalam sistem penggarapan padi di lahan kering atau ladang
ini biasa dikerjakan sebelum musim penghujan tiba. Sementara dalam proses
pembibitan atau penanamannya, padi gogo rancah ini tidak memerlukan persemaian,
sehingga benih dapat langsung ditanam di sawah sebelum atau pada permulaan
musim hujan sehingga tidak ada resiko bibit menjadi terlalu tua.
Padi gogo rancah ini tidak banyak memerlukan air
hujan, pada permulaan selama 30 atau 40 hari. Hidup padi ini keringan bahkan
bila kebanyakan air hujan, maka air tersebut harus dibuang. Sesudah itu
bilamana air hujan cukup, maka padi gogo rancah ini dapat dijadikan padi sawah
biasa. Tetapi kalau tidak ada hujan, dapat hidup kekeringan, maka resiko mati
sangat kecil.
3. Bertanam Padi Sawah Tanpa Olah Tanah (TOT)
Meskipun disebut bertanam padi sawah ini tanpa olah
tanah tetapi tidak berarti bahwa tak ada persiapan sama sekali. Sistem ini
masih merupakan bagian pengolahan tanah konservasi yang melibatkan perbedaan
mendasar dengan penanaman padi biasa. Pembajakan dan pencangkulan di dalam
sistem TOT ini tidak ada dan dalam sistem TOT ini dilakukan penyemprotan
herbisida terhadap sisa tanaman padi (singgang) atau gulma yang tumbuh.
Secara umum kegiatan bertanam padi sawah tanpa olah
tanah ini dapat diartikan sebagai penanaman padi di lahan sawah yang persiapan
lahannya tanpa pengolahan tanah dan pelumpuran, tetapi cukup dengan bantuan
herbisida dalam mengendalikan gulma dan singgangnya. Tanaman padi ini dapat
tumbuh seperti pada lahan yang diolah biasa. Hal ini disebabkan karena singgang
dan gulma yang membusuk akan melonggarkan tanah sehingga akar padi dapat
berkembang dengan mudah dan tanaman padi dapat tumbuh seperti biasa. Bibit padi
dari persemaian dapat langsung ditanam pada tanah tanpa olah yang sudah lunak
karena digenang terlebih dahulu. Dapat juga benih ditebarkan langsung (tabela)
atau ditabur dalam air yang sudah disediakan.
4. Pengendalian hama dan penyakit
Hama penyakit padi sawah biasanya rentan terhadap
serangan hama dan penyakit di dalam tanaman padi sawah ada beberapa hama dan
penyakit yang sering menyerang tanaman padi dan hama yang cukup mengganggu
antara lain walang sangit, ganjur, penggerek padi, wereng, tikus dan burung.
Adapun penyakit yang sering menyerang tanaman padi adalah hawar daun, bercak
bakteri, hawar pelepah, busuk batang, bercak cokelat, blasi, tungro, kerdil
hampa dan kerdil rumput.
Dahulu petani sering melakukan tindakan gampang untuk
memberantas hama dan penyakit yaitu dengan penyemprotan pestisida. Namun cara
ini tidak dianjurkan karena pestisida dapat mencemari air irigasi atau sumber
air di sekitarnya dan banyak jensi hama dan penyakit yang rentan atau tak
mempan lagi disemprot.
5.
Panen
Bagi petani panen padi merupakan soal yang paling
dinanti-nanti. Panen merupakan saat petani merasakan keberhasilan dari jerih
payah menanam dan merawat tanaman.
a. Saat panen
Padi perlu dipanen pada saat yang tepat untuk mencegah kemungkinan mendapatkan gabah berkualitas rendah yang masih banyak mengandung butir hijau dan butir kapur. Padi yang dipanen mudah jika digiling akan menghasilkan beras pecah. Saat panen padi dapat dipengaruhi oleh musim tanam. Pemeliharaan tanaman dan pertumbuhan, serta tergantung pula pada jenisnya. Secara umum padi dipanen saat berumur 80-110 hari apabila tanaman padi menunjukkan ciri-ciri berikut berarti tanaman sudah siap dipanen:
6. Sentra Produksi
Pada tanaman padi sawah ini sangat luas daerah
sentra produksinya diantaranya di daerah Jawa dan Sumatera. Hal ini karena padi
adalah bahan dasar untuk beras dan nasi yang merupakan bahan makanan utama
masyarakat Indonesia yang mengandung karbohidrat tinggi walaupun tidak semua
daerah makanan pokoknya berupa beras atau nasi.
C.
Konsep
Hemat Air Dalam Budidaya Tanaman Padi
Teknologi hemat
air dapat diartikan sebagai upaya pemanfaatan air dari berbagai sumber terutama
air gravitasi pada petak usahatani padi sawah agar terjamin produktivitas,
efisiensi dan produksi yang meningkat secara berkelanjutan. Teknik hemat air
dalam budidaya padi sawah dapat ditempuh pada tahapan persiapan lahan dan
selama pertumbuhan tanaman bahkan pada fase menjelang panen. Teknik
hemat air dapat dilakukan dengan cara perbaikan atau penyesuaian teknik
budidaya dengan cara perbaikan atau penyesuaian teknik budidaya dengan potensi
sumber daya air setempat dan melalui inovasi cara pemberian air.
Di
dalam praktek teknik hemat air mudah dilaksanakan pada kondisi :
1) pemilihan
varitas yang berumur genjah,
2) kalender tanam dalam suatu hamparan tersier
seragam,
3) waktu
dan cara pengolahan tanah yang sesuai dengan jadwal pemberian air,
4) pengaturan
penggenangan air menurut fase pertumbuhan tanaman baik tinggi dan durasinya
(kondisi pasokan air normal),
5) penerapan
pergiliran air (kondisi pasokan air di bawah normal),
6) pemeliharaan
pematang termasuk kerapatan pematang dalam luasan tertentu dan
7) drainase
permukaan terutama pada musim hujan.
Teknik
hemat air mempunyai sasaran utama yaitu produktivitas air
(perbandingan antara hasil gabah dan konsumsi air total) yang lebih tinggi dari
pada produktivitas air dengan cara pemberian kontinyu. Ada dua strategi dalam
perbaikan produktivitas air :
a)
hasil gabah meningkat dengan konsumsi air total tetap atau
b) hasil gabah meningkat dengan konsumsi air
total berkurang.
3. Teknik
Drainase Permukaan
Drainase
permukaan yaitu membuang kelebihan air akibat curah hujan atau irigasi yang
berlebihan dengan tujuan agar tanaman lebih kuat (tidak rebah), kondisi aerobik
tanah terjaga dan mengatur pembentukan anakan. Drainase permukaan biasanya dilakukan
pada musim hujan. Drainase permukaan biasanya diperlukan pada daerah dengan
topografi datar, curah hujan tinggi, pembentukan akar intensif, mengurangi
kerebahan batang, dan mineralisasi nitrogen tanah diperbaiki. Fase pertumbuhan
tanaman padi sawah memerlukan tindakan drainase permukaan
terutama menjelang tanaman panen. Drainase permukaan lebih efektif
yaitu dengan pembuatan parit tengah (ukuran lebar 30 cm dan dalam 30 cm) dengan
jarak 1,5 meter sampai 2,0 meter tergantung tekstur tanah. Pada fase
pematangan, tanah perlu didrainase yaitu dua minggu menjelang panen (batas
waktu kritis), drainase permukaan yang dilakukan pada waktu
seminggu menjelang panen mengakibatkan kerusakan tanaman dan
menggangu proses panen. Selain itu tanaman padi sawah mempunyai masa kritis
terhadap ”full submergence” ( pertumbuhan penuh ) dari primordia bunga sampai
pembungaan dan dengan tinggi genangan air (25 % dari tinggi tanaman) selama
fase tersebut akan mengurangi hasil 20 – 30 %.
Drainase
permukaan dapat dilakukan pada umur tanaman 30 – 40 hari setelah tanam (sebelum
tercapai anakan maksimal) selama 5 - 7 hari untuk menekan munculnya
anakan yang tidak produktif, sehingga tingkat produksi gabah per malai, bobot
individu gabah dan hasil meningkat. Teknik ini sesuai dilakukan terutama pada
lahan sawah dengan kondisi drainase buruk. Teknik ini dapat dilakukan pada
musim hujan maupun kemarau.
4. Sistem
Pengairan Tergenang dan Intermitten
1. Sistem
Pengairan Tergenang
Dalam
budidaya tanaman padi, terdapat pengaturan pemberian air secara tergenang.
Hal
ini dilakukan dengan pertimbangan:
Ø efisiensi
penyaluran 80 % namun memerlukan air sebesar 12.000 m3/ha/musim (Setiobudi
dan Kartaatmadja, 2002)
Ø penggenangan
dan pengolahan tanah dalam keadaan tergenang untuk menanam padi sawah dapat
menyebabkan berbagai perubahan sifat tanah. Perubahan tersebut meliputi sifat
morfologi, fisika, kimia, mikrobiologi, maupun sifat-sifat lain sehingga sifat
tanah sawah dapat sangat berbeda dari sifat asalnya.
Ø penggenangan
tanah dapat meningkatkan pasokan N.
Pasokan
N terjadi karena meningkatnya fiksasi N biologi yang dapat terjadi dalam air
permukaan dan dalam tanah tereduksi, serta terjadinya akumulasi yang lebih
cepat dari N anorganik karena adanya mineralisasi sumber N
organik (Hardjowigeno dan Luthfi, 2005).Namun demikian penggenangan lahan
dapat menyebabkan ketersediaan N yang rendah dalam tanah sawah yang
tergenang air permanen atau semi permanen. Hal ini terjadi karena di bawah
kondisi tersebut mineralisasi N tanah terhambat sehingga defisiensi
N dapat terjadi sekalipun kandungan N tanah cukup tinggi. Penggenangan
menyebabkan kerusakan jaringan perakaran akibat terbatasnya pasokan oksigen.
Semakin tinggi air, semakin kecil oksigen terlarut. Dampaknya adalah
bahwa akar padi tak mampu mengikat oksigen sehingga jaringan perakaran
rusak.
2. Pengairan
berselang (Intermitten)
Pemberian
air secara berselang (intermitten) pada budidaya tanaman padi adalah salah
satu metode pengairan yang dapat diukur secara praktis. Pengairan ini disebut
juga pengairan basah-kering (PBK)/Alternate Wetting and Drying (AWD, yaitu
pengaturan air di lahan pada kondisi tergenang dan kering
secara bergantian. Pengairan berselang adalah sistem pengairan yang
direkomendasikan dalam budidaya padi sawah.
Tujuan
dilaksanakannya pengelolaan air dengan sistem ini adalah :
Untuk
menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi lebih luas
memberi
kesempatan pada akar tanaman untuk mendapatkan udara sehingga dapat berkembang
lebih dalam
Ø mencegah
timbulnya keracunan besi
Ø mengurangi
kerebahan
Ø menyeragamkan
pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen
Ø memudahkan
pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan
penggerek batang, dan mengurangi kerusakan tanaman padi oleh serangan hama tikus.
Cara
Pengelolaan Air
Air
irigasi untuk budidaya tanaman padi dapat dikelola dengan baik, dengan
memperhatikan ketersediaan air dan fase tumbuh tanaman. Hal yang harus
dilakukan dalam pengelolaan air irigasi antara lain:
1. lakukan
pergiliran air selang 3 hari, tinggi genangan pada hari pertama diairi 3
cm dan selama 2 hari berikutnya tidak ada penambahan air, lahan
sawah diairi lagi pada hari ke-4
2. pada
fase pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah digenagi terus
3. pada
10 – 15 hari sebelum panen, petakan sawah dikeringkan.
4. AWD
dipraktekkan mulai tanam sampai satu minggu sebelum tanaman berbunga. Sawah
baru diairi apabila kedalaman muka air tanah mencapai + 15 cm,
diukur dari permukaan tanah. Hal ini dapat diketahui dengan bantuan alat
sederhana dari paralon belubang yang dibenamkan ke dalam tanah.
D.
Cara
dan Aturan Pengairan Tanaman Padi
Sesuai Umur Tanaman Padi Sawah
Pengairan pada tanaman padi dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain:
a. Pengairan di atas tanah
b. Pengairan di dalam tanah (sub irrigation)
c. Pengairan dengan penyemprotan (sprinkler
irrigation).
d. Pengairan tetes (drip irrigation).
Air yang dipergunakan untuk pengairan padi
di atas tanah adalah air yang berasal dari sungai, sebab air sungai
banyak mengandung lumpur dan kotoran-kotoran yang sangat berguna untuk menambah
kesuburan tanah dan tanaman. Air yang berasal dari mata air kurang baik untuk
pengairan sawah, sebab air itu jernih, tidak mengandung lumpur dan
kotoran. Air yang digunakan untuk mengairi sawah saya ini yaitu air
yang berasal dari sungai Ciasem, Bendungan Macan.
Cara mengairi sawah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Cara mengairi sawah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Air
yang dimasukan ke petakan-petakan sawah adalah air yang berasal dari saluran
sekunder. Air dimasukan ke petakan sawah melalui saluran pemasukan, dengan
menghentikan lebih dahulu air pada saluran sekunder.
Untuk
menjaga agar genangan air didalam petakan sawah itu tetap, jangan lupa dibuat
pula lubang pembuangan. Lubang pemasukan dan lubang pembuangan tidak boleh
dibuat lurus. Alasannya adalah agar ada pengendapan lumpur dan
kotoran-kotoran yang sangat berguna bagi pertumbuhan tanaman padi.
Nah, apabila lubang pemasukan dan lubang pembuangan itu dibuat lurus, maka
air akan terus mengalir tanpa adanya pengendapan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Padi (oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok
yang vital bagi kehidupan manusia termasuk rakyat Indonesia. Padi termasuk genus Oryza L
yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah sub
tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Padi yang ada sekarang ini
merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza
sativa f spontania. Di Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakan
didaerah tanah kering dengan sistim ladang, akhirnya orang berusaha
memantapkan hasil usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya
kurang.
B.
Saran
Dalam
penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan, baik
dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan dari segi isi
juga masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada
para pembaca atau makalah ini agar dapat
memberikan kritikan dan masukan yang bersifat membangun. Sehingga makalah dapat
tersusun dengan baik dan sempurna.
DAFTAR
PUSTAKA
Epetani. 2010. Pengolahan Lahan Padi Sawah.
http://epetani.pertanian.go.id
Hardyya. 2012. Pengolahan Tanah Sawah.
http://jelajahfapertart.blogspot.com
Mars, Santa. 2013. Teknik Budidaya Tanaman Padi.
http://newfachrulislami.blogspot.com
Purniati, Popy. 2013. Makalah Tentang Padi Sawah.
http://popypurniati.blogspot.com
Solah, Aa. 2012. Pengolahan Tanah Pada Tanaman
Padi. http://www.caragampang.com
Tikha, Tjatoer. 2011. Pengolahan Lahan Sawah.
http://tjatoertikha2712.blogspot.com