Cari Blog Ini

Selasa, 06 Juni 2017

MAKALAH SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI BAJA



MAKALAH
SAMBUNGAN KONTRUKSI BAJA







OLEH KELOMPOK
                             NAMA             : RAHMAT HIDAYAT
     NIM                 : 105 81 2438 15


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGARAM STUDI S1 SIPIL PENGAIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
T.A 2017

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr,Wb .
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayahnya sehingga, Alhamdulillah makalah ini dapat penulis selesaikan dengan judul materi “Sistem Sambungan Kontruksi Baja” Tak lupa pula kita kirimkan salam dan shalawat kepada nabi Muhammad SAW, yang telah berhasil memperjuangkan agama islam yang mulia ini beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen selaku dosen mata kuliah bahasa indonesia yang telah memberikan dan mentrasferkan ilmunya kepada penulis dan teman-teman. Penulis  menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, karena adanya keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Namun, demikian kami berharap semoga isi tugas ini dapat benar-benar bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca umumnya. Selain itu juga kami berharap adanya kritik dan saran dari para pembaca demi terwujudnya kesempurnaan tugas ini.

Wassalamualaikum Wr, Wb .

                                                                        Makassar,  Juni  2017


   Penulis






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Dalam suatu proses perencanaan, kegiatan rekayasa merupakan kegiatan untuk mendapatkan produk yang lebih baik. Dalam evaluasi biasanya hanya berdasarkan beban statis dalam analisa kegagalan dan hal ini sudah kurang sesuai, minimal juga harus sudah memperhitungkan beban dinamis ( fatigue ) dan pengaruh lingkungan jika perlu.
Analisa perambatan retak merupakan salah satu analisa kegagalan terhadap beban fatigue, terutama pada struktur sambungan yang banyak digunakan untuk konstruksi dibidang kelautan dan penerbangan. Dengan berkembangnya teknologi, jumlah angkutan udara di Indonesia semakin meningkat, dari seluruh angkutan udara yang didominasi oleh pesawat terbang, penggunaan sambungan pada struktur pesawat ini masih memegang peranan penting, terutama sambungan keling banyak dijumpai dibagian perut (fuselage), sayap (wing) dan ekor (tail unit) dari pesawat terbang. Beban dinamis yang terjadi pada fuselage paling kritis disebabkan adanya tabrakan turbulensi campuran gas dengan partikel udara terhadap pesawat dan adanya perbedaan tekanan udara di dalam kabin terhadap tekanan udara di luar kabin kapal.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah  Pengertian dari sambungan
2.      Apa saja Macam-macam sambungan
3.      Apa saja  System sambungan baut pada baja
4.      Apa saja  System sambungan las dan macamnya

C.    Tujuan
1.      Mengetahui Pengertian sambungan
2.      Mengetahui Macam-macam sambungan
3.      Mengetahui  System sambungan baut pada baja
4.      Mengetahui  System sambungan las dan macamnya

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sambungan
Tiap mesin atau konstuksi terbentuk dari beberapa suku bagian,macam-macam bagian. Sesamanya dihubungkan, salah satu cara menghubungkan suatu bagian ke suku bagian yang lain diperlukan / memberikan sambungan.
Sambungan adalah hasil dari penyatuan beberapa bagian / konstruksi dengan menggunakan suatu cara tertentu.
Penyambungan bagian satu dengan lainnya pada struktur pesawat terbang diperlukan rivet, struktur akan mengalami pengurangan luasan akibat lubang rivet. Pangaruh adanya lubang rivet menimbulkan konsentrasi tegangan yang menurunkan kekuatan struktur. Hasil inspeksi retak pada pesawat terbang banyak terlihat justru pada bagian sambungan keling ini, banyak ditemukan retak “Multiple Site Damage” (MSD) yang dapat didefinisikan sebagai terjadinya retak-retak yang berasal dari lubang paku keling akibat adanya beban dinamis.

B.     Macam-Macam Sambungan:

1) Sambungan tetap adalah sambungan yang dapat dilepas dengan cara merusaknya, contoh:sambungan keeling dan sambungan las.

2)  Sambungan tidak tetap adalah sambungan yang dapat kita lepas dan dapat kita bongkar  tanpa merusaknya sesuatu,
contohnya:sambungan pasak,sambungan pena,dan sambungan ulir.




C.    System Sambungan pada Pada Baja

Jenis baut yang dapat digunakan untuk struktur bangunan sesuai SNI 03 - 1729 – 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG adalah baut yang jenisnya ditentukan dalam SII (0589-81, 0647-91 dan 0780-83, SII 0781-83) atau SNI (0541-89-A, 0571-89-A, dan 0661-89-A) yang sesuai, atau penggantinya.
Baut yang digunakan pada sambungan struktural, baik baut A325 maupun baut A490 merupakan baut berkepala segi enam yang tebal. Keduanya memiliki mur segi enam tebal yang diberi tanda standar dan simbol pabrik pada salah satu mukanya. Bagian berulir baut dengan kepala segienam lebih pendek dari pada baut standar yang lain; keadaan ini memperkecil kemungkinan adanya ulir pada tangkai baut yang memerlukan kekuatan maksimumnya.





a) Beban Leleh dan Penarikan Baut





Syarat utama dalam pemasangan baut kekuatan tinggi ialah memberikan gaya pratarik (pretension) yang memadai. Gaya pratarik harus sebesar mungkin dan tidak menimbulkan deformasi permanen atau kehancuran baut. Bahan baut menunjukkan kelakuan tegangan-regangan (beban-deformasi) yang tidak memiliki titik leleh yang jelas. Sebagai pengganti tegangan leleh, istilah beban leleh (beban tarik awal/proof load) akan digunakan untuk baut. Beban leleh adalah beban yang diperoleh dari perkalian luas tegangan tarik dan tegangan leleh yang ditentukan berdasarkan regangan tetap (offset strain) 0,2% atau perpanjangan 0,5% akibat beban. Tegangan beban leleh untuk baut A325 dan A490 masing-masing minimal sekitar 70% dan 80% dari kekuatan tarik maksimumnya.

Jenis Sambungan Baja
 Jenis-jenis sambungan struktur baja yang digunakan adalah pengelasan serta sambungan yang menggunakan alat penyambung berupa paku keling (rivet) dan baut. Baut kekuatan tinggi (high strength bolt) telah banyak menggantikan paku keling sebagai alat utama dalam sambungan struktural yang tidak dilas.

a. Baut kekuatan tinggi
Dua jenis utama baut kekuatan (mutu) tinggi ditunjukkan oleh ASTM sebagai A325 dan A490. Baut ini memiliki kepala segienam yang tebal dan digunakan dengan mur segienam yang setengah halus (semifinished) dan tebal seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.10(b). Bagian berulirnya lebih pendek dari pada baut non-struktural, dan dapat dipotong atau digiling (rolled).
 Baut A325 terbuat dari baja karbon sedang yang diberi perlakuan panas dengan kekuatan leleh sekitar 81 sampai 92 ksi (558 sampai 634 MPa) yang tergantung pada diameter. Baut A490 juga diberi perlakuan panas tetapi terbuat dari baja paduan (alloy) dengan kekuatan leleh sekitar 115 sampai 130 ksi (793 sampai 896 MPa) yang tergantung pada diameter. Baut A449 kadang-kadang digunakan bila diameter yang diperlukan berkisar dari II sampai 3 inci, dan juga untuk baut angkur serta batang bulat berulir. Diameter baut kekuatan tinggi berkisar antara 1/2 dan 1 1/2 inci (3 inci untuk A449). Diameter yang paling sering digunakan pada konstruksi gedung adalah 3/4 inci dan 7/8 inci, sedang ukuran yang paling umum dalam perencanaan jembatan adalah 7/8 inci dan 1 inci.
Baut kekuatan tinggi dikencangkan (tightened) untuk menimbulkan tegangan tarik yang ditetapkan pada baut sehingga terjadi gaya jepit (klem/clamping force) pada sambungan. Oleh karena itu, pemindahan beban kerja yang sesungguhnya pada sambungan terjadi akibat adanya gesekan (friksi) pada potongan yang disambung. Sambungan dengan baut kekuatan tinggi dapat direncanakan sebagai tipe geser (friction type), bila daya tahan gelincir (slip) yang tinggi dikehendaki; atau sebagai tipe tumpu (bearing type), bila daya tahan gelincir yang tinggi tidak dibutuhkan. 

b.   Paku keeling
 Sudah sejak lama paku keling diterima sebagai alat penyambung batang, tetapi beberapa tahun terakhir ini sudah jarang digunakan di Amerika. Paku keling dibuat dari baja batangan dan memiliki bentuk silinder dengan kepala di salah satu ujungnya. Baja paku keling adalah baja karbon sedang dengan identifikasi ASTM A502 Mutu I (Fv = 28 ksi) (1190 MPa) dan Mutu 2 (Fy = 38 ksi) (260 MPa), serta kekuatan leleh minimum yang ditetapkan didasarkan pada bahan baja batangan. Pembuatan dan pemasangan paku keling menimbulkan perubahan sifat mekanis.
Proses pemasangannya adalah pertama paku keling dipanasi hingga warnanya menjadi merah muda kemudian paku keling dimasukkan ke dalam lubang, dan kepalanya ditekan sambil mendesak ujung lainnya sehingga terbentuk kepala lain yang bulat. Selama proses ini, tangkai (shank) paku keling mengisi lubang (tempat paku dimasukkan) secara penuh atau hampir penuh, sehingga menghasilkan gaya jepit (klem). Namun, besarnya jepitan akibat pendinginan paku keling bervariasi dari satu paku keling ke lainnya, sehingga tidak dapat diperhitungkan dalam perencanaan. Paku keling juga dapat dipasang pada keadaan dingin tetapi akibatnya gaya jepit tidak terjadi karena paku tidak menyusut setelah dipasang.


c. Baut Hitam
Baut ini dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi sebagai ASTM A307, dan merupakan jenis baut yang paling murah. Namun, baut ini belum tentu menghasilkan sambungan yang paling murah karena banyaknya jumlah baut yang dibutuhkan pada suatu sambungan. Pemakaiannya terutama pada struktur yang ringan, batang sekunder atau pengaku, anjungan (platform), gording, rusuk dinding, rangka batang yang kecil dan lain-lain yang bebannya kecil dan bersifat statis. Baut ini juga dipakai sebagai alat penyambung sementara pada sambungan yang menggunakan baut kekuatan tinggi, paku keling, atau las. Baut hitam (yang tidak dihaluskan) kadang-kadang disebut baut biasa, mesin, atau kasar, serta kepala dan murnya dapat berbentuk bujur sangkar.

d. Baut Sekrup (Turned Bolt)
 Baut yang secara praktis sudah ditinggalkan ini dibuat dengan mesin dari bahan berbentuk segienam dengan toleransi yang lebih kecil (sekitar 5'0 inci.) bila dibandingkan baut hitam. Jenis baut ini terutama digunakan bila sambungan memerlukan baut yang pas dengan lubang yang dibor, seperti pada bagian konstruksi paku keling yang terletak sedemikian rupa hingga penembakan paku keling yang baik sulit dilakukan. Kadang-kadang baut ini bermanfaat dalam mensejajarkan peralatan mesin dan batang struktural yang posisinya harus akurat. Saat itu baut sekrup jarang sekali digunakan pada sambungan struktural, karena baut kekuatan tinggi lebih baik dan lebih murah.

e. Baut Bersirip (Ribbed Bolt)
Baut ini terbuat dari baja paku keling biasa, dan berkepala bundar dengan tonjolan sirip-sirip yang sejajar tangkainya. Baut bersirip telah lama dipakai sebagai alternatif dari paku keling. Diameter yang sesungguhnya pada baut bersirip dengan ukuran tertentu sedikit lebih besar dari lubang tempat baut tersebut. Dalam pemasangan baut bersirip, baut memotong tepi keliling lubang sehingga diperoleh cengkraman yang relatif erat. Jenis baut ini terutama bermanfaat pada sambungan tumpu (bearing) dan pada sambungan yang mengalami tegangan berganti (bolak-balik).
 Variasi dari baut bersirip adalah baut dengan tangkai bergerigi (interference-body bolt.) yang terbuat dari baja baut A325. Sebagai pengganti sirip longitudinal, baut ini memiliki gerigi keliling dan sirip sejajar tangkainya. Karena gerigi sekeliling tangkai memotong sirip sejajar, baut ini kadang-kadang disebut baut bersirip terputus (interrupted-rib). Baut bersirip sukar dipasang pada sambungan yang terdiri dari beberapa lapis pelat. Baut kekuatan tinggi A325 dengan tangkai bergerigi yang sekarang juga sukar dimasukkan ke lubang yang melalui sejumlah plat; namun, baut ini digunakan bila hendak memperoleh baut yang harus mencengkram erat pada lubangnya. Selain itu, pada saat pengencangan mur, kepala baut tidak perlu dipegang seperti yang umumnya dilakukan pada baut A325 biasa yang polos

b) Teknik Pemasangan
Tiga teknik yang umum untuk memperoleh pratarik yang dibutuhkanadalah metode kunci yang dikalibrasi (calibrated wrench), metode putaranmur (turn-of the nut), dan metode indikator tarikan langsung (direct tensionindicator). Metode kunci yang dikalibrasi dapat dilakukan dengan kunci puntirmanual (kunci Inggris) atau kunci otomatis yang diatur agar berhenti padaharga puntir yang ditetapkan. Secara umum, masing-masing proses pemasangan memerlukan minimum 2 1/4 putaran dari titik erat untukmematahkan baut. Bila metoda putaran mur digunakan dan baut ditariksecara bertahap dengan kelipatan 1/8 putaran, baut biasanya akan patahsetelah empat putaran dari titik erat. Metode putaran mur merupakanmetode yang termurah, lebih handal, dan umumnya lebih disukai. Metode ketiga yang paling baru untuk menarik baut adalah metodeindikator tarikan langsung. Alat yang dipakai adalah cincin pengencangdengan sejumlah tonjolan pada salah satu mukanya. Cincin dimasukkan dantara kepalabaut dan bahan yang digenggam, dengan bagian tonjolanmenumpu pada sisi bawah kepala baut sehingga terdapat celah akibattonjolan tersebut. Pada saat baut dikencangkan, tonjolan-tonjolan tertekandan memendek sehingga celahnya mengecil. Tarikan baut ditentukandengan mengukur lebar celah yang ada.
c) Perancangan Sambungan Baut
Sambungan-sambungan yang dibuat dengan baut tegangan tinggi digolongkan menjadi: 

−> Jenis sambungan gesekan 

−> Jenis sambungan penahan beban dengan uliran baut termasuk dalam bidang geseran [Gambar 6.11(a)]

−> Jenis sambungan penahan beban dengan uliran baut tidak termasuk dalam bidang geseran [Gambar 6.11(b)]
 










Sambungan-sambungan baut (tipe N atau X) atau paku keling bisa mengalami keruntuhan dalam empat cara yang berbeda. 

−> Pertama, batang-batang yang disambung akan merigalaini keruntuhan melalui satu atau lebih lubang-lubang alat penyambungan akibat bekerjanya gaya tarik (Iihat Gambar 6.12a). 

−> Kedua, apabila lubang-lubang dibor terlalu dekat pada tepi batang tarik, maka baja di belakang alat-alat penyaambung akan meleteh akibat geseran (Iihat Gambar 6.12b). 

−> Ketiga, alat penyambungnya sendiri mengalami keruntuhan akibat bekerjanya geseran (Gambar 6.12.c).

−> Keempat, satu-satu atau lebih batang tarik mengalami keruntuhan karena tidak dapat menahan gaya-gaya yang disalurkan oleh alat-alat penyambung (Gambar 6.12d).
Untuk mencegah terjadinya keruntuhan maka baik sambungan maupun batang-batang yang disambung harus direncanakan supaya dapat mengatasi keempat jenis keruntuhan yang dikemukakan di atas. 

−> Pertama, untuk menjamin tidak terjadinya keruntuhan pada bagian-bagian yang disambung, bagian-bagian tersebut harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga tegangan tarik yang bekerja pada penampang bruto lebih kecil dari 0,6 Fy, dan yang bekerja pada penampang etektif netto lebih kecil dari 0,5 F .

−> Kedua, untuk mencegah robeknya baja yang terletak di belakang alat penyambung, maka jarak minimum dari pusat lubang alat penyambung ke tepi batang dalam arah yang sarna dengan arah gaya tidak boleh kurang dari 2 P/ Fu t . Di sini P adalah gaya yang ditahan oleh alat penyambung, dan t adalah tebal kritis dari bagian yang disambung. 


−> Ketiga, untuk menjamin supaya alat penyambung tidak runtuh akibat geseran, maka jumlah alat penyambung harus ditentukan sesuai dengan peraturan, supaya dapat membatasi tegangan geser maksimum yang terjadi pada bagian alat penyambung yang kritis. 

−> Keempat, untuk mencegah terjadinya kehancuran pada bagian yang disambung akibat penyaluran gaya dari alat penyambung ke batang maka harus ditentukan jumlah minimum alat penyarnbung yang dapat mencegah terjadinya kehancuran tersebut.





Contoh Sambungan

Sambungan balok

Baut Mutu Tinggi / High Tension Bolt (HTB)
1.      Sambungan baut mutu tinggi mengandalkan gaya tarik awal yang terjadi karena pengencangan awal.
2.      Gaya tersebut dinamakan proof load.
3.      Gaya tersebut akan memberikan friksi, sehingga sambungan baut mutu tinggi hingga taraf gaya tertentu dapat merupakan tipe friksi. Sambungan jenis ini baik untuk gaya bolak-balik.
4.      Untuk taraf gaya yang lebih tinggi, sambungan tersebut merupakan tipe tumpu.
5.      Baut mutu tinggi dipasang dengan mula-mula melakukan kencang tangan dan diikuti dengan setengah putaran setelah kencang tangan. Atau menggunakan kunci torsi yang telah dikalibrasi sehingga menghasilkan setengah putaran setelah kencang tangan
6.      Diameter yang paling sering digunakan pada konstruksi gedung adalah ¾ inci dan 7/8 inci.
7.      Diamter yang paling sering digunakan pada konstruksi jembatan adalah 7/8 inci dan 1 inci
8.      Saat ini sambungan baut lebih ekonomis daripada sambungan keling.












D.    System Sambungan Pada Las Dan Macamnya

Proses pengelasan adalah proses penyambungan logam dengan menggunakan energi panas. Sambungan las mempunyai tingkat kerapatan yang baik serta mempunyai kekuatan sambungan yang memadai. Sambungan las ini juga mempunyai tingkat efisiensi kekuatan sambungan yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan sambungan yang lainnya. Di samping itu segi operasional pengerjaan sambungan konstruksi las lebih sederhana dan relatif murah.
Ada beberapa macam jenis pengelasan yang dilakukan untuk menyambung logam, yaitu:
o Las Resistansi Listrik (Tahanan)
Las resistensi listrik adalah suatu cara pengelasan dimana permukaan pelat yang disambung ditekankan satu sama lain dan pada saat yang sama arus listrik dialirkan sehingga permukaan tersebut menjadi panas dan mencair karena adanya resistensi listrik. Sambungan las resistensi listrik dibagi atas dua kelompok sambungan yaitu sambungan tumpang dan sambungan tumpul. Las resistansi listrik ini sangat baik digunakan untuk menyambung pelat-pelat tipis sangat.
Proses pengelasan dengan las resistansi listrik untuk penyambungan pelat-pelat tipis yang biasa digunakan terdiri dari 2 jenis yakni :
Ø  Las Titik (Spot Welding)
Pengelasan dengan las titik ini hasil pengelasannya membentuk seperti titik. Elektroda penekan terbuat dari batang tembaga yang dialiri arus listrik yakni, elektroda atas dan bawah. Elektroda sebelah bawah sebagai penumpu plat dalam keadaan diam dan elektroda atas bergerak menekan pelat yang akan disambung. Agar pelat yang akan disambung tidak sampai bolong sewaktu proses terjadinya pencairan maka kedua ujung elektroda diberi air pendingin.

Ø  Las Resistansi Rol (Rolled Resistance Welding)
Proses pengelasan resistansi tumpang ini dasarnya sama dengan las resistansi titik, tetapi dalam pengelasan tumpang ini kedua batang elektroda diganti dengan roda yang dapat berputar sesuai dengan alur/garis pengelasanyang dikehendaki
o Las Busur Listrik
Energi masukan panas las busur listrik bersumber dari beberapa alternatif diantaranya energi dari panas pembakaran gas, atau energi listrik.Panas yang ditimbulkan dari hasil proses pengelasan ini melebihi dari titik lebur bahan dasar dan elektroda yang di las. Kisaran temperatur yang dapat dicapai pada proses pengelasan ini mencapai 2000-3000º C. Pada temperatur ini daerah yang mengalami pengelasan melebur secara bersamaan menjadi suatu ikatan metalurgi logam lasan.
          Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengelasan las busur listrk adalah pemilihan elektroda yang tepat. Secara umum semua elektroda diklasifikasikan menjadi lima kelompok utama yaitu mild steel, hight carbon steel, special alloy steel, cast iron dan non ferrous. Rentangan terbesar dari pengelasan busur nyala dilakukan dengan elektroda dalam kelompok mild steel (baja lunak).
o Penyambungan dengan Las Oxy-Asetilen
Pengelasan dengan gas oksi-asetilen dilakukan dengan membakar bahan bakar gas C2 H2 dengan O2, sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencair logam induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen, propan atau hidrogen. Diantara ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah asetilen, sehingga las pada umumnya diartikan sebagai las oksi-asetilen.



o Las TIG (Tungsten Inert Gas)/GTAW (Gas Tungsten Arc Welding)
Pengelasan dengan gas pelindung Argon (Tungsten Iner Gas) merupakan salah satu pengembangan dari pengelasan yang telah ada yaitu pengembangan dari pengelasan secara manual yang khususnya untuk pengelasan non ferro (alumunium, magnesium kuningan dan lain-lain, baja spesial (Stainless steel) dan logam-logam anti korosi lainnya. Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) ini tidak menggunakan proses elektroda sekali habis (non consumable electrode). Temperatur yang dihasilkan dari proses pengelasan ini adalah 3000 0F atau 1664,8 0C dan fungsi gas pelindung adalah untuk menghidari terjadinya oksidasi udara luar terhadap cairan logam yang dilas.
o Las MIG (Metal Inert Gas Arc Welding)/Gas Metal Arc Welding (GMAW)
Gas Metal Arc Welding (GMAW) adalah proses pengelasan yang energinya diperoleh dari busur listrik. Busur las terjadi di antara permukaan benda kerja dengan ujung kawat elektroda yang keluar dari nozzle bersamasama dengan gas pelindung.
Jenis-jenis Sambungan Las
Jenis sambungan tergantung pada faktor-faktor seperti ukuran dan profil batang yang bertemu di sambungan, jenis pembebanan, besarnya luas sambungan yang tersedia untuk pengelasan, dan biaya relatif dari berbagai jenis las. Sambungan las terdiri dari lima jenis dasar dengan berbagai macam variasi dan kombinasi yang banyak jumlahnya. Kelima jenis dasar ini adalah sambungan sebidang (butt), lewatan (lap), tegak (T), sudut, dan sisi.
1) Sambungan Sebidang

Sambungan sebidang dipakai terutama untuk menyambung ujung-ujung plat datar dengan ketebalan yang sama atau hampir sarna. Keuntungan utama jenis sambungan ini ialah menghilangkan eksentrisitas yang timbul pada sambungan lewatan tunggal seperti dalam Gambar 6.16(b). Bila digunakan bersama dengan las tumpul penetrasi sempurna (full penetration groove weld), sambungan sebidang menghasilkan ukuran sambungan minimum dan biasanya lebih estetis dari pada sambungan bersusun. Kerugian utamanya ialah ujung yang akan disambung biasanya harus disiapkan secara khusus (diratakan atau dimiringkan) dan dipertemukan secara hati-hati sebelum dilas. Hanya sedikit penyesuaian dapat dilakukan, dan potongan yang akan disambung harus diperinci dan dibuat secara teliti. Akibatnya, kebanyakan sambungan sebidang dibuat di bengkel yang dapat mengontrol proses pengelasan dengan akurat.

2) Sambungan Lewatan
Sambungan lewatan pada Gambar 6.17 merupakan jenis yang paling umum. Sambungan ini mempunyai dua keuntungan utama:
− Mudah disesuaikan. Potongan yang akan disambung tidak memerlukan ketepatan dalam pembuatannya bila dibanding dengan jenis sambungan lain. Potongan tersebut dapat digeser untuk mengakomodasi kesalahan kecil dalam pembuatan atau untuk penyesuaian panjang.
− Mudah disambung. Tepi potongan yang akan disambung tidak memerlukan persiapan khusus dan biasanya dipotong dengan nyala (api) atau geseran. Sambungan lewatan menggunakan las sudut sehingga sesuai baik untuk pengelasan di bengkel maupun di lapangan. Potongan yang akan disambung dalam banyak hal hanya dijepit (diklem) tanpa menggunakan alat pemegang khusus. Kadang-kadang potongan-potongan diletakkan ke posisinya dengan beberapa baut pemasangan yang dapat ditinggalkan atau dibuka kembali setelah dilas.
− Keuntungan lain sambungan lewatan adalah mudah digunakan untuk menyambung plat yang tebalnya berlainan.




3) Sambungan Tegak
Jenis sambungan ini dipakai untuk membuat penampang bentukan (built-up) seperti profil T, profil 1, gelagar plat (plat girder), pengaku tumpuan atau penguat samping (bearing stiffener), penggantung, konsol (bracket). Umumnya potongan yang disambung membentuk sudut tegak lurus seperti pada Gambar 6.16(c). Jenis sambungan ini terutama bermanfaat dalam pembuatan penampang yang dibentuk dari plat datar yang disambung dengan las sudut maupun las tumpul.
4) Sambungan Sudut

Sambungan sudut dipakai terutama untuk membuat penampang berbentuk boks segi empat seperti yang digunakan untuk kolom dan balok yang memikul momen puntir yang besar.

5) Sambungan Sisi

Sambungan sisi umumnya tidak struktural tetapi paling sering dipakai untuk menjaga agar dua atau lebih plat tetap pada bidang tertentu atau untuk mempertahankan kesejajaran (alignment) awal.

Seperti yang dapat disimpulkan dari pembahasan di muka, variasi dan kombinasi kelima jenis sambungan las dasar sebenarriya sangat banyak. Karena biasanya terdapat lebih dari satu cara untuk menyambung sebuah batang struktural dengan lainnya, perencana harus dapat memilih sambungan (atau kombinasi sambungan) terbaik dalam setiap persoal.
Keuntungan Sambungan Las Listrik dibanding dengan Paku keling / Baut :
a .Pertemuan baja pada sambungan dapat melumer bersama elektrode las dan menyatu dengan lebih kokoh (lebih sempurna).
b.  Konstruksi sambungan memiliki bentuk lebih rapi.
c.  Konstruksi baja dengan sambungan las memiliki berat lebih ringan.
d .Dengan   las  berat   sambungan   hanya   berkisar   1    1,5%   dari  berat konstruksi,
sedangkan dengan paku keling / baut berkisar 2,5 – 4% dari berat konstruksi.
e .Pengerjaan konstruksi relatif lebih cepat (tak perlu membuat lubanglubang pk/baut, tak perlu memasang potongan baja siku / pelat penyambung, dan sebagainya ).
f .Luas penampang batang baja tetap utuh karena tidak dilubangi, sehingga kekuatannya utuh.
Kerugian Sambungan Las
a. Kekuatan sambungan las sangat dipengaruhi oleh kualitas pengelasan. Jika pengelasannya baik maka kekuatan sambungan akan baik, tetapi jika pengelasannya jelek/tidak sempurna maka kekuatan konstruksi juga tidak baik   bahkan   membahayakan   dan   dapat   berakibat   fatal. 
 Salah   satu sambungan  las  cacat  lambat  laun  akan  merembet  rusaknya  sambungan yang  lain  dan  akhirnya   bangunan   dapat  runtuh   yang  menyebabkan kerugian materi yang tidak sedikit bahkan juga korban jiwa. Oleh karena itu untuk konstruksi bangunan berat seperti jembatan jalan raya / kereta api di Indonesia tidak diijinkan menggunakan sambungan las.
b.  Konstruksi sambungan tak dapat dibongkar-pasang.








 SAMBUNGAN ULIR (SCREW JOINED)

1         Pengertian
Sambungan  ulir  adalah  sambungan  yang  menggunakan  kontruksi  ulir untuk   mengikat   dua   atau   lebih   komponen   permesinan.   Sambungan   Ulir merupakan jenis dari sambungan semi permanent (dapat dibongkar pasang). Sambungan ulir terdiri dari 2 (dua) bagian, yakni Baut (Inggris=Bolt, yakni yang memiliki ulir di bagian luar) dan Mur (Inggris = Nut , yakni yang memiliki ulir di bagian dalam).
2         Fungsi Sambungan Ulir
Dilihat dari kontruksi yang memiliki ulir (yang dapat di bongkar pasang) sambungan ulir memiliki fungsi teknis utama, yaitu :
¾   Digunakanu   untuk   bagian   mesin   yang   memerlukan   sambungan   dan pelepasan tanpa merusak bagian mesin perawatan. ¾   Untuk memegang dan penyesuaian dalam perakitan atau
3         Keuntungan dan Kerugaian Sambungan Ulir
Ditinjau   dari   sisi   teknik   sambungan   ulir   memiliki   keuntungan   dan kerugian sebagai berikut :
Keuntungan Sambungan Ulir

1 . Mempunyai  reliabilitas (kehandalan)  tinggi  dalam operasi.

2 .  Sesuai untuk perakitan dan pelepasan komponen.

3.  Suatu lingkup yang luas dari sambungan baut diperlukan untuk beberapa kondisi operasi.

4 . Lebih murah untuk diproduksi dan lebih efisien.

Kerugian Sambungan Ulir
1   Konsentrasi  tegangan  yang pada bagian ulir yg tidak mampu menahan berbagai kondisi beban.
Nomenklatur Ulir
      Major diameter
Diameter terbesar pada bagian ulir luar atau bagian ulir dalam dari sebuah sekrup. Sekrup dispesifikasikan oleh diameter ini, juga disebut diameter luar atau diameter nominal.
      Minor diameter
Bagian terkecil dari bagian ulir dalam atau bagian ulir luar, disebut juga sebagai core atau diameter root
      Pitch diameter
Disebut juga diameter efektif, merupakan bagian yang berhubungan antara baut dan mur.
      Pitch
Jarak dari satu ujung ulir ke ujung ulir berikutnya. Juga dapat diartikan jarak yang ditempuh ulir dalam satu kali putaran.
Bentuk Ulir
a.         British standard whitworth (BSW) threat
Mata Ulir berbentu segitiga. Aplikasi : untuk menahan vibrasi, aero dan automobile
b.        British Association (BA) threat
Mata  Ulir berbentuk  segitiga  dengan  puncak  tumpul   Aplikasi  : Untuk mengulir pekerjaan yang presisi.



c.         Square threat
Mata  Ulir  berbentuk  Segiempat.  Aplikasi  :  power  transmisi,  machine tools, valves, screw jacks.
d.        Acme threat
Mata  Ulir  berbentuk  Trapesium  Aplikasi  :  cutting  lathe,  brass  valves, bench vices
e.         Knuckle threatMata Ulir berbentu Bulat.
Aplikasi  :  digunakan  untuk  tugas  berat,  railway  carriage  couplings, hydrant,  dll,
f.         Buttress threat
Mata Ulir berbentuk Gergaji Aplikasi : Mentransmisikan  daya pada satu arah, bench vices.
g.        Metric threat
Aplikasi : general purpose
1.      Tegangan internal akibat gaya pengencangan
2.      Tegangan tarik disebabkan pelonggaran baut.
3.      Tegangan geser puntir akibat tahan gesek selama pengencangan.
4.      Tegangan geser pada ulir.
5.      Tegangan tekan pada ulir.
6.      Tegangan   tekuk,   jika   permukaan   dibawah   kepala   baut/screw tidak dalam posisi sempurna thd sumbu baut.







 
Jenis Ulir
Ulir digolongkan menurut bentuk profil penampangnya sebagai berikut : ulir segi tiga, persegi, trapezium, gigi gegaji, dan bulat, bentuk persegi,trapezium, dan gigi gergaji, pada umumnya dipakai untuk pengerak atau penerus gaya , sedangkan ulir bulat dipakai untuk menghindari kemacetan karena kotoran . tetapi bentuk yang paling banyak dipakai adalah ulir segitiga.
Ulir segitiga diklasifikasikan lagi menurut jarak baginya dalam ukuran metris dan inch, dan menurut ulir kasar dan lembut sebagai berikut :
1.      seri ulir kasar metris
2.      seri ulir kasar UNG
3.      seri ulir lembut simetris
4.      seri ulir lembut UNF

 Kelas Ulir
Ukuran ulir uar dinyatakan dengan diameter luar, diameter efektif ( diameter dimana tebal profil dan tebal alur dalam arah sumbu adalah sama ), dan diameter inti. Untuk ulir dalam, ukuran tersebut dinyatakan dengan diameter efektif , ukuran pembatas yang diizinkan, dan toleransi.
Atas dasar besarnya toleransi, ditetapkan kelas ketelitian sbb:
Untuk ulir metris : kelas 1,2 dan 3. Untuk ulir UNC, UNF UNEF : kelas 3A, 2A, dan 1A, untuk ulir luar. Kelas 3B, 2B, dan 1B untuk ulir dalam.
Perlu diterangkan bahwa ketelitian tertinggi dalam standar JTS adalah kelas 1, dan dalam standar amerika adalah 3A atau 3B . Patokan yang dipakai untuk pemilihan kelas adalah sbb:
Kelas teliti ( kelas 1 dalam JTS ) untuk ulir teliti
Kelas sedang ( kelas 2 dalam JTS ) untuk pemakaian umum .
Kelas kasar ( kelas 3 dalam JTS ) untuk ulir yang sukar dikerjakan, Misalnya ulir dalam dari Lubang yang panjang.
Bahan Ulir
Penggolongan ulir menurut kekuatannya distandarkan dalam JTS seperti diperlihatkan dalam Tabel 1.3. arti dari bilangan kekuatan untuk baut dalam tabel tersebut adalah sbb : angka sebelah kiri tanda titik adalah 1/10 harga minimum kekuatan tarik σb ( kg /mm) dan sebelah kanan titik adalah 1/10 (σγ/σB ) Untuk mur , bilangan yang bersangkutan menyatakan 1/10 tegangan beban jaminan.
Jenis ulir Menurut Bentuk Bagian Dan Fungsinya.
Baut digolongkan menurut bentuk kepalanya, yaitu segi enam , soket segi enam , dan kepala persegi. Baut dan mur dapat dibagi sebagai berikut : baut penjepit , baut untuk pemakaian khusus , sekrup mesin sekrup penetap , dan mur, seperti diuraikan dibawah ini :
a.       Baut tembus, untuk menjepit dua bagian melalui lubang tembus, dimana jepitan diketatkan dengan sebua mur
b.      Baut tap , untuk menjepit dua bagian, dimanajepitan diketatkan dengan ulir yang ditapkan pada salah satu bagian .
c.       baut tanam, merupakan baut tanpa kepala dan diberi ulir pada kedua ujungnya. Untuk dapat menjepit dua bagian, baut ditanam pada salah satu bagian yang mempunyai lubang berulir, dan jepitan diketatkan dengan sebuah mur.








E.      Sambungan Paku Keling
Paku keling / rivet adalah salah satu metode penyambungan yang sederhana. sambungan keling umumnya diterapkan pada jembatan, bangunan, ketel, tangki, kapal  Dan pesawat terbang. Penggunaan metode penyambungan dengan paku keling ini juga sangat baik digunakan untuk penyambungan pelat-pelat alumnium. Pengembangan Penggunaan rivet dewasa ini umumnya digunakan untuk pelat-pelat yang sukar dilas dan dipatri dengan ukuran yang relatif kecil. Setiap bentuk kepala rivet ini mempunyai kegunaan tersendiri, masing masing jenis mempunyai kekhususan dalam penggunaannya.
Sambungan dengan paku keling ini umumnya bersifat permanent dan sulit untuk melepaskannya karena pada bagian ujung pangkalnya lebih besar daripada batang paku kelingnya.
*  Bagian utama paku keling adalah :
1.      Kepala
2.      Badan
3.     Ekor
4.      Kepala lepas
*  Bahan paku keeling
Yang biasa digunakan antara lain adalah baja, brass, aluminium, dan tembaga tergantung jenis sambungan/ beban yang diterima oleh sambungan.

Penggunaan umum bidang mesin : ductile (low carbor), steel, wrought iron.
Penggunaan khusus : weight, corrosion, or material constraints apply : copper (+alloys) aluminium (+alloys), monel, dll

 Penggunaan Paku Keling
Pemakaian paku keling ini digunakan untuk :
Ø  Sambungan kuat dan rapat, pada konstruksi boiler ( boiler,  tangki dan pipa-pipa tekanan tinggi ).

Ø  Sambungan kuat, pada konstruksi baja (bangunan, jembatan dan crane ).
Ø  Sambungan rapat, pada tabung dan tangki ( tabung pendek, cerobong, pipa-pipa tekanan).
Ø  Sambungan pengikat, untuk penutup chasis ( misalnya ; pesawat terbang, kapal).
 Keuntungan Dan Kelemahan
a.       Keuntungan
Sambungan paku keling ini dibandingkan dengan sambungan las mempunyai keuntungan yaitu :
*  Bahwa tidak ada perubahan struktur dari logam disambung. Oleh karena itu banyak dipakai pada pembebanan-pembebanan dinamis.
*  Sambungan keling lebih sederhana dan murah untuk dibuat.
*  Pemeriksaannya lebih mudah
*  Sambungan keling dapat dibuka dengan memotong kepala dari paku keling tersebut
b.      Kelemahan
* Hanya satu kelemahan bahwa ada pekerjaan mula berupa pengeboran lubang paku kelingnya di samping kemungkinan terjadi karat di sekeliling lubang tadi selama paku keling dipasang. Adapun pemasangan paku keling bisa dilakukan dengan tenaga manusia, tenaga mesin dan bisa dengan peledak (dinamit) khususnya untuk jenis-jenis yang besar.
* Paku keling dalam ukuran yang kecil dapat digunakan untuk menyambung dua komponen yang tidak membutuhkan kekuatan yang besar, misalnya peralatan rumah tangga, furnitur, alat-alat elektronika, dll
            Sambungan Pasak dan pena
Macam-macam pasak dan pena :.
a.       Pasak memanjang
1.       Pasak penampang bujursangkar
2.       Pasak penampang perssegi panjang
3.       Pasak tirus tanpa kepala
4.       Pasak dengan kepala
5.       Pasak tembereng
6.       Pasak bulat
7.       Pasak gigi

b.      Pasak melintang dan pen
1.       Pasak tirus : tirus satu sisi dan tirus dua sisi
2.       Pasak silinder tirus : tirus selalu memanjang, tirus dengan ujung berulir
3.       Pen silinder lurus : tanpa kepala, dengan kepala, silinder belah
4.       Pen dengan dengan alur gurat taktik
Fungsi sambungan pasak dan pena :
Pasak dan pena digunakan untuk menyambung dua bagian batang atau  penampang roda, roda gigi, roda rantai, dan lain-lain pada poros sehingga terjamin tidak berputar pada poros














BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sambungan adalah hasil dari penyatuan beberapa bagian / konstruksi dengan menggunakan suatu cara tertentu. Sambungan tetap adalah sambungan yang dapat dilepas dengan cara merusaknya. Sambungan tidak tetap adalah sambungan yang dapat kita lepas dan dapat kita bongkar  tanpa merusaknya sesuatu,
Contohnya : sambungan pasak,sambungan pena,dan sambungan ulir. ,
Contohnya : sambungan keeling dan sambungan las.

B.     Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan dari segi isi juga masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para pembaca atau  makalah ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat membangun. Sehingga makalah dapat tersusun dengan baik dan sempurna.







DAFTAR PUSTAKA

1.    Gunawan, T. Dan Margaret, S. (1991). Teori Soal Dan Penyelesaian Konstruksi           Baja I Jilid I. Jakarta : Delta Teknik Group
2.    Pasaribu, Patar M. (1996).Konstruksi Baja. Medan: Percetakan Bin Harun. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1983. Bandung    Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan
3. STRUKTUR BAJA I / 3 SKS / MODUL 3/  Drs. Nathanael Sitanggang, S.T., M.Pd.
4. PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang S.Permana
5. buku ajar diktat elemen mesin 1oleh: Drs. Lagiyono, MPd, MT

Sabtu, 13 Mei 2017

MAKALAH PERMEABILITAS TANAH

MAKALAH
PERMEABILITAS TANAH




     
OLEH
NAMA          :       RAHMAT HIDAYAT
STAMBUK  :       105 812 438 15

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI STRATA 1 SIPIL PENGAIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015/2016



DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR  ........................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN  ........................................................ 1
A.          Latar Belakang ......................................................... . 1
B.          Rumusan Masalah ..................................................... 2
C.          Tujuan Penulisan  ...................................................... 2
D.          Manfaat penulisan ..................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................... 3
A.          Pengertian permeabilitas tanah .................................. 3
B.          Hal-hal yang mempengaruhi permeabilitas  ............... 5
C.          Hal-hal yang dipengaruhi permeabilitas  .................. . 6
BAB III PENUTUP ................................................................ . 8
A.          Kesimpulan ................................................................ 8
B.          Saran ........................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 15
LAMPIRAN............................................................................ 15





KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr,Wb .
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayahnya sehingga, Alhamdulillah makalah ini dapat penulis selesaikan dengan judul materi “ Permeabilitas Tanah  “. Tak lupa pula kita kirimkan salam dan shalawat kepada nabi Muhammad SAW, yang telah berhasil memperjuangkan agama islam yang mulia ini beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen Ir. Mahmuddin, St,. Mt. selaku dosen mata kuliah Mekanika Tanah Dasar yang telah memberikan dan mentrasferkan ilmunya kepada penulis dan teman-teman. Penulis  menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, karena adanya keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Namun, demikian kami berharap semoga isi tugas ini dapat benar-benar bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca umumnya. Selain itu juga kami berharap adanya kritik dan saran dari para pembaca demi terwujudnya kesempurnaan tugas ini.

Wassalamualaikum Wr, Wb .

                                                                                                                                                         Makassar,  Juli  2016


                                         Penulis






BAB I
PENDAHULUAN
A.        LATAR BELAKANG
Semua jenis tanah bersifat lolos air (permeable) dimana air bebas mengalir melalui ruang-ruang kosong (pori-pori) yang ada di antara butiran-butiran tanah. Tekanan pori diukur relatif terhadap tekanan atmosfer dan permukaan lapisan tanah yang tekanannya sama dengan tekanan atmosfer dinamakan muka air tanah atau permukaan freasik, di bawah muka air tanah. Tanah diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara.
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju air larian.
Tinggi muka air tanah berubah-ubah sesuai dengan keadaan iklim tetapi dapat juga berubah karena pengaruh dari adanya kegiatan konstruksi. Di tempat itu dapat juga terjadi muka air tanah dangkal, di atas muka air tanah biasa, sedangkan kondisi dapat terjadi bila tanah dengan permeabilitas tinggi di permukaan atasnya dibatasi oleh lapisan muka air tanah setempat, tetapi berdasarkan tinggi muka air tanah pada suatu tempat lain yang lapisan atasnya tidak dibatasi oleh lapisan rapat air.
Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya. Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien .
              Permeabilitas intrinsik suatu akifer bergantung pada porositas efektif batuan dan bahan tak terkonsolidasi, dan ruang bebas yang diciptakan oleh patahan dan larutan. Porositas efektif ditentukan oleh distribusi ukuran butiran, bentuk dan kekasaran masing-masing partikel dan susunan gabungannya, tetapi karena sifat-sifat ini jarang seragam, konduktivitas hidrolik suatu akifer yang berkembang dibatasi oleh permeabilitas lapisan-lapisan atau masing-maisng zone, dan mungkin bervariasi cukup besar tergantung pada arah gerakan air.

B.                   Rumusan Masalah
           1.      Bagaimana pengertian permeabilitas  ?
           2.      Bagaimana hal yang mempengaruhi permeabilitas  ?
           3.      Bagaimana hal yag dipengaruhi permeabilitas  ?
C.                 Tujuan
          1.      Agar mahasiswa mengetahui pengertian dari permeabilitas.
          2.      Agar mahasiswa mengetahui hal yang mempengaruhi permeabilitas.
          3.      Agar mahasiswa mengetahui hal yang dipengaruhi permeabilitas.

D.        Manfaat Penulisan
     1.
    Untuk memberikan gambaran tentang permeabilitas tanah.
     2.    Sebagai bahan masukan untuk memperluas dan memperdalam pemahaman tentang tanah.









BAB II
PEMBAHASAN
A.                Pengertian Permeabilitas
Permeabilitas tanah adalah suatu kesatuan yang melipui infiltrasi tanah dan bermanfaat sebagai permudahan dalam pengolahan tanah.(Dede rohmat, 2009). Permeabilitas tanah memiliki lapisan atas dan bawah. Lapisan atas berkisar antara lambat sampai agak cepat (0,20 – 9,46 cm jam-1), sedangkan di lapisan bawah tergolong agak lambat sampai sedang (1,10 -3,62 cm jam-1).( N.Suharta dan B. H Prasetyo.2008). Beberapa  pendapat tentang permeabilitas tanah adalah sebagai berikut :
1.      permeabilitas tanah adalah kemudahan media sarang mengalirkan air atau fluida lainya melalaui pori – pori tanah. ( Anonymous,2010

2.      permeabilitas tanah adalah tingkat kesarangan tanah yang dilalui aliran massa air atau kecepatan aliran air untuk melewati masa tanah. ( Hanafiah, 2005 )

3.      permeabilitas tanah adalah kecepatan bergeraknya suatu cairan pada media berpori dalam keadaan jenuh. ( Anonymous, 2010 )

4.      permeabilitas tanah adalah kemampuan untuk mentransfer air atau udara. Biasanya diukur dengan istilah jumlah air yang mengalir melalui tanah dalam waktu yang tertentu dan ditetapkan sebagai inci/jam. ( wanihadi utomo, 1985 )
Hukum Darcy
Hukum Darcy menjelaskan tentang kemampuan air mengalir pada rongga-rongga (pori) dalam tanah dan sifat-sifat yang memengaruhinya. Ada dua asumsi utama yang digunakan dalam penetapan hukum Darcy ini. Asumsi pertama menyatakan bahwa aliran fluida/cairan dalam tanah bersifat laminar. Sedangkan asumsi kedua menyatakan bahwa tanah berada dalam keadaan jenuh.

Pengujian permeabilitas tanah dilakukan di laboratorium menggunakan metode Constant Head Permeameter dan Variable/Falling Head Permeameter.

1) Constant Head Permeameter
Uji ini digunakan untuk tanah yang memiliki butiran kasar dan memiliki koefisien permeabilitas yang tinggi.

Rumus:
Q = k.A.i.t
k = (Q.L) / (h.A.t)
Dengan
Q = Debit (cm3)
k = Koefisien Permeabilitas (cm/detik)
A = Luas Penampang (cm2)
i = Koefisien Hidrolik = h/L
t = Waktu (detik)

2) Variable/Falling Head Permeameter
Uji ini digunakan untuk tanah yang memiliki butiran halus dan memiliki koefisien permeabilitas yang rendah.
Rumus :
k = 2,303.(a.L / A.L).log (h1/h2)
Dengan :
k = Koefisien Permeabilitas (cm/detik)
a = Luas Penampang Pipa (cm2)
L = Panjang/Tinggi Sampel (cm)
A = Luas Penampang Sampel Tanah (cm2)
t = Waktu Pengamatan (detik)
h1 = Tinggi Head Mula-mula (cm)
h2 = Tinggi Head Akhir (cm)


Hukum Darcy menunjukkan bahwa permeabilitas tanah ditentukan oleh koefisien permeabilitasnya. Koefisein permeabilitas tanah bergantung pada berbagai faktor. Setidaknya, ada enam faktor utama yang memengaruhi permeabilitas tanah, yaitu:

1) Viskositas Cairan, yaitu semakin tinggi viskositasnya, koefisien permeabilitas tanahnya akan semakin kecil.

2) Distribusi Ukuran Pori, yaitu semakin merata distribusi ukuran porinya, koefesien permeabilitasnya cenderung semakin kecil.

3) Distibusi Ukuran Butiran, yaitu semakin merata distribusi ukuran butirannya, koefesien permeabilitasnya cenderung semakin kecil.

4) Rasio Kekosongan (Void Ratio) , yaitu semakin besar rasio kekosongannya, koefisien permeabilitas tanahnya akan semakin besar.

5) Kekasaran Partikel Mineral, yaitu semakin kasar partikel mineralnya, koefisien permeabilitas tanahnya akan semakin tinggi.

6) Derajat Kejenuhan Tanah, yaitu semakin jenuh tanahnya, koefisien permeabilitas tanahnya akan semakin tinggi.

B.                 Faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas

1. Tekstur tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan antara pasir, liat, dan debu yang menyusun suatu tanah. Tekstur sangat berppengaruh pada permeabilitas. Apabila teksturnya pasir maka permeabilitas tinggi, karena pasir mempunyai pori-pori makro. Sehingga pergerakan air dan zat-zat tertentu bergerak dengan cepat.

2. Struktur tanah
Struktur tanah adalah agregasi butiran primer menjadi butiran sekunder yang dipisahkan oleh bidang belah alami. Tanah yang mempunyai struktur mantap maka permeabilitasnya rendah, karena mempunyai pori-pori yang kecil. Sedangkan tanah yang berstruktur lemah, mempunyai pori besar sehingga permeabilitanya tinggi.(Semakin kekanan semakin rendah)

3. Porositas
Permeabilitas tergantung pada ukuran pori-pori yang dipengaruhi oleh ukuran partikel, bentuk partikel, dan struktur tanah. Semakin kecil ukuran partikel, maka semakin rendah permeabilitas.

4. Viskositas cairan
Viskositas merupakan kekentalandari suatu cairan. Semakin tinggi viskositas, maka koefisien permeabilitas tanahnya akan semakin kecil.

5. Gravitas
Gaya gravitasi berpengaruh pada kemampuan tanah untuk mengikat air. Semakin kuat gaya gravitasinya, maka semakin tinggi permeabilitanya.

6. BI dan BJ
Jika BI tinggi, maka kepadatan tanah juga tinggi, sehingga permeabilitasnya lambat atau rendah.

C.                 Faktor-faktor yang di pengaruhi permeabilitas

1. Infiltrasi
Infiltrasi kemampuan tanah menghantar partikel. Jika permeabilitas tinggi maka infiltrasi tinggi.

2. Erosi
Erosi perpindahan massa tanah,jika permeabilitas tinggi maka erosi rendah

3. Drainase
Drainase adalah proses menghilangnya air yang berkelebihan secepat mungkin dari profil tanah. Mudah atau tidaknya r hilang dari tanah menentukan kelas drainase tersebut. Air dapat menghilang dari permukaan tanah melalui peresapan ke dalam tanah. Pada tanah yang berpori makro proses kehilangann airnya cepat, karena air dapat bergerak dengan lancer. Dengan demikian, apabila drainase tinggi, maka permeabilitas juga tinggi.

4. Konduktifitas
Konduktifitas ias didapat saat kita menghitung kejenuhan tanah dalam air (satuan nilai), untuk membuktikan permeabilitas itu cepata atau tidak. Konduktifitas tinggi maka permeabilitas tinggi.

5. Run off
Run off merupakan air yang mengalir di atas permukaan tanah. Sehingga, apabila run off tinggi maka permeabilitas rendah.

6. Perkolasi
Perkolasi merupakan pergerakan air di dalam tanah. Pada tanah yang kandungan litany tinggi, maka perkolasi rendah. Sehingga, apabila perkolasi rendah maka permeabilitasnya pun rendah.

Permeabilitas tanah memiliki lapisan atas dan bawah. Lapisan atas berkisar antara lambat sampai agak cepat (0,20 – 9,46 cm jam-1), sedangkan di lapisan bawah tergolong agak lambat sampai sedang .





BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
          Permeabilitas tanah adalah suatu kesatuan yang melipui infiltrasi tanah dan bermanfaat sebagai permudahan dalam pengolahan tanah.(Dede rohmat, 2009). Permeabilitas tanah memiliki lapisan atas dan bawah. Lapisan atas berkisar antara lambat sampai agak cepat (0,20 – 9,46 cm jam-1), sedangkan di lapisan bawah tergolong agak lambat sampai sedang (1,10 -3,62 cm jam-1). Hal – hal  yag mempengaruhii oleh permeabilitas adalah tekstur tanah, struktur tanah, porositas, viskositas cairan,gravitas, dan BI dan BJ , serta hal-hal yang dipengruhi permeabilitas adalah infiltrasi, erosi, drainase, konduktifitas,run off dan perkolasi.

B.      Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan dari segi isi juga masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para pembaca atau  makalah ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat membangun. Sehingga makalah dapat tersusun dengan baik dan sempurna.


                                                                                  

Tugas ilmu tanah tanaman_defenisi tanah menurut ahli dan faktor pembentuknya

Tugas I
Nama                   : Rahmat Hidayat
Stanbuk      : 105 81 2438 15
Mata Kuliah         : Ilmu Tanah Tanaman
Kelas          : IV C

Defenisi Tanah Menurut Para Ahli

Menurut ahli geologi abad XIX

Mendefenisikan tanah sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami  serangkain pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolith yaitu lapisan partikel-partikel halus yang disusun oleh pigmen batuan dan mineral hasil dari proses pelapukan.

Meurut ahli geomofologi (THOMBURY)

Tanah adalah bagian dari permukaan bumi yang ditandai oleh lapisan sejajar dengan permukaan bumi, sebagai modifikasi oleh proses-proses fisika, kimiawi, maupun biologis yang bekerja di bawah kondisi bermacam-macam yang bekerja selama periode tertentu.

Menurut ahli fisika bumi (AD. THAER 1906 )

Tanah adalah bahan-bahan yang ramah dan lepas-lepas yang merupakan akumulasi berbagai bahan terutama terdiri atas unsur-unsur Si, Ca, Al, Mg dan unsure-unsur lainnya.
Menurut pandangan ilmu teknik sipil merupakan himpunan mineral, bahan organikdan endapan-endapan yang relative lepas ( loose ) yang terletak diatas batu dasar (bedrock) ( hardiyatmo, 1992 )



Tugas : II
Faktor-Faktor Pembentuk Tanah Sebagai Berikut:

1. Iklim

Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutama ada dua, yaitu suhu dan curah hujan.
a. Suhu/Temperatur
Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula.
b. Curah hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).

2. Organisme (Vegetasi, Jasad renik/mikroorganisme)

Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
a. Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur larut oleh air.
b. Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
c. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organis yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
d. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis cemara akan memberi unsurunsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.

3. Bahan Induk

Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
Tanah yang terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induknya masih terlihat misalnya tanah berstuktur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan mempengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi diatasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula sehingga dapat menghindari pencucian asam silikat dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah.

4. Topografi/Relief

Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:
a. Tebal atau tipisnya lapisan tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.
b. Sistem drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.

5. Waktu

Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Tanah Muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol.
Tanah Dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horison B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, grumosol.
Tanah Tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada horizon-horoson A dan B. Akibatnya terbentuk horizon A1, A2, A3, B1, B2, B3. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda, dan 1000 – 10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa.





DAFTAR PUSTAKA

Makalah Aspalt Pavert

Kelompok                             : I Mata Kuliah                         : Pemindahan Tanah Mekanis Dosen Pembimbing           ...